Pengenalan Live Proctoring dan Automated Proctoring
Live proctoring dan automated proctoring adalah dua metode yang umum digunakan dalam pengawasan ujian online. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemilihan antara keduanya bergantung pada konteks dan kebutuhan tertentu. Live proctoring melibatkan pengawasan langsung dari seorang pengawas manusia, sedangkan automated proctoring menggunakan teknologi untuk mendeteksi kecurangan tanpa keterlibatan pengawas manusia.
Situasi Ketika Live Proctoring Lebih Disarankan
Dalam situasi di mana integritas ujian sangat penting, live proctoring sering kali menjadi pilihan yang lebih baik. Misalnya, ujian untuk mendapatkan sertifikasi profesional yang sangat dihargai, seperti ujian medis atau hukum, mungkin lebih efektif diawasi dengan seorang pengawas. Hal ini karena ujian tersebut biasanya melibatkan materi yang kompleks dan tinggi risikonya, di mana kecurangan bisa berakibat fatal bagi karir seseorang.
Dalam kasus universitas besar yang memiliki program studi ketat, penggunaan live proctoring dapat menciptakan suasana yang lebih serius dan mengurangi kebocoran materi ujian. Misalnya, ketika sebuah universitas menyelenggarakan ujian akhir untuk jurusan teknik, kehadiran pengawas bisa membantu memastikan bahwa peserta ujian tidak menggunakan catatan rahasia atau perangkat elektronik yang tidak diizinkan.
Kelebihan Live Proctoring
Salah satu keuntungan utama dari live proctoring adalah kemampuannya untuk merespon situasi tidak terduga secara langsung. Misalnya, jika seorang peserta ujian tampak gelisah atau melakukan gerakan mencurigakan, pengawas dapat segera mengintervensi. Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan dengan automated proctoring, yang mungkin tidak dapat menangkap nuansa perilaku seorang peserta.
Contoh lain adalah dalam lingkungan ujian jarak jauh di mana peserta mungkin merasa lebih nyaman dengan pengawasan manusia. Rasa kehadiran seseorang dapat memberikan tekanan positif kepada peserta untuk berperilaku sesuai dan tidak berbuat curang. Pengalaman ini juga dapat membantu mengurangi kecemasan peserta, karena mereka merasa ada dukungan dari pengawas yang memantau.
Situasi di Mana Automated Proctoring Mungkin Cukup
Sementara live proctoring memiliki banyak kelebihan, ada juga situasi di mana automated proctoring dapat menjadi alternatif yang efektif. Misalnya, pada ujian internal yang tidak memiliki konsekuensi tinggi, seperti ujian formatif atau tes diagnostik, penggunaan sistem automated mungkin memadai. Dalam konteks ini, tujuan utama adalah untuk mengetahui kemajuan siswa, bukan untuk menguji integritas.
Automated proctoring juga bisa menjadi pilihan yang lebih ekonomis bagi institusi pendidikan yang memiliki banyak peserta ujian, di mana biaya untuk menyewa pengawas secara langsung menjadi terlalu tinggi. Dalam hal ini, sistem otomatis dapat membantu mempercepat proses pengawasan tanpa memerlukan banyak sumber daya.
Kesimpulan
Pada akhirnya, keputusan untuk menggunakan live proctoring atau automated proctoring harus didasarkan pada kebutuhan spesifik ujian dan konteks di mana ujian tersebut akan dilaksanakan. Keduanya memiliki peran penting dalam memastikan integritas ujian online, tetapi situasi tertentu mungkin lebih mendukung penggunaan salah satu metode daripada yang lain. Terlepas dari pilihan yang diambil, penting bagi institusi pendidikan untuk memprioritaskan keadilan dan kejujuran dalam proses evaluasi mereka, sehingga peserta ujian mendapatkan pengalaman yang bisa diandalkan dan adil.